Mengenal Andi Sulolipu, Figur Profesional Peduli Rakyat yang Lahir dari Darah Militer

LANGITSULTRA.COM | KENDARI – Nama Andi Sulolipu, mulai berkibar di Kota Kendari. Ia dikenal sebagai figur bersahaja yang senantiasa memotivasi orang untuk bekerja profesional, ulet dan bekerja tuntas dengan orientasi kepentingan orang banyak.

Anggota DPRD Kota Kendari ini, juga dikenal vokal dan tegas dalam memperjuangkan hak-hak dan aspirasi warga Kota Kendari.

Politisi jenius dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut, sukses melenggang mulus menuju kursi parlemen Kendari melalui daerah pemilihan (Dapil) Kecamatan Kendari dan Kendari Barat.

Bacaan Lainnya

Nama Ketua Komisi II DPRD Kota Kendari itu, kini mulai dikenal masyarakat, utamanya pasca mendeklarasikan diri bakal maju di pemilihan Wali Kota Kendari tahun 2024, mendampingi Abdul Rasak, politisi partai NasDem, sekaligus Anggota DPRD Kota Kendari.

Nama bakal calon Wakil Walikota Kendari itu bahkan kian familiar, pasca Bulan Ramadhan lalu turun bergerak ke masyarakat dengan menggelar Safari Ramadhan bersama pasangannya, bakal calon Wali Kota Kendari, Abdul Rasak.

Figur kepemimpinannya pun telah teruji, berkat keluasan wawasan, cermat, dan pengalaman menyelesaikan persoalan dengan pemecahan solusi yang efektif. Di Komisi II DPRD Kendari yang diketuainya, nyaris tak ada persoalan yang  tak bisa dituntaskan.

Darah kepemimpinan seorang Andi Sulolipu, kental dengan militer. Wajar saja, ia adalah anak purnawirawan tni, Mayor TNI (Purn) H. Andi Baso Syamdaud. Berkat tempaan dan didikan sang ayah itulah, Andi Sulolipu tumbuh sebagai sosok pemimpin tangguh yang tak gampang menyerah oleh kondisi apapun.

Bicara soal Andi Sulolipu, memang tak lepas dari nama besar sosok Mayjend TNI (Purn) Andi Sumangerukka (ASR). Yah, itu karena mantan Pangdam XIV Hasanuddin tersebut adalah kakak kandung Andi Sulolipu.

Namun jangan salah, ia masuk di jajaran legislatif Kota Kendari, tak mengandalkan nama besar sang kakak, tapi ia melangkah jadi anggota dewan berkat kegigihannya bertarung di Pilcaleg 2018 lalu.

Wajar memang, strategi politik yang ditempuh seorang Andi Sulolipu hingga mulus melangkah ke lembaga DPRD, lagi-lagi berkat kehebatan politiknya yang banyak belajar dari sang ayah yang juga pernah menduduki kursi legislatif-DPRD. Mayor TNI (purn) H. Andi Baso Syamdaud, pernah menjadi ketua DPRD tahun 1970-1975.

Berkat kedekatannya itu, Andi Sulolipu banyak belajar tentang dunia politik, termasuk cara berdiskusi untuk memperjuangkan hajat orang banyak yang dididik melalui pondasi peduli sosial dari sang ayah.

Meski sang ayah berasal dari tanah Sulawesi Selatan, bukan berarti begitu gampang dicap sebagai pendatang. Bagi Andi sulolipu, jiwanya tak bisa dipisahkan dengan Kota Kendari, alasannya karena ia lahir di Kota Kendari, tepatnya pada tanggal 11 September tahun 1970.

Dengan demikian, ia sudah menjadikan Kota Lulo ini sebagai tanah kelahiran yang cita-citanya tak pernah lepas ingin membangun Kendari sejajar dengan kota ternama lainnya di Indonesia.

Dalam kesempatan bersama sejumlah awak media, Andi Sulolipu mengenang sosok ayahnya pertama kali menginjakkan kaki di Sulawesi Tenggara tahun 1968. Kala itu, ayahnya sempat ditunjuk menjadi Camat Wawonii tahun 1968-1969, yang sekarang berubah nama Konawe Kepulauan.

“Waktu itu beliau setelah menjadi camat pindah menjadi kepala DPH dari tahun 1969 sampai 1970. Tahun itu juga ayah saya diangkat menjadi Ketua DPRD. Ketika beliau diangkat DPRD disitulah saya lahir pada 11 September Tahun 1970. Saya dua bersaudara lahir disini satu perempuan yang lainnya itu lahir di Sulawesi Selatan. Pada tahun 1970-1978 kami tinggal di daerah kota lama yang sekarang itu Jembatan Bahteramas, jadi disitulah kami tinggal yang ada penyeberangan kapal yaitu dermaga disitulah rumah kedua orang tua kami,” bebernya.

Kota lama yang punya nilai sejarah di kota kendari, tak pernah terlupakan oleh seorang Andi Sulolipu. Di kota lama itulah ia menikmati hari-harinya sebagai anak seorang pejabat militer, dididik dengan penuh santun namun tegas dan menikmati hari-harinya bermain bersama rekan sebayanya.

“Pantai, dekat dermaga, disitukan ada rumahnya pak Edi Sabara diatas, terus kami di bawah ada rumahnya Pak Abunawas, disebelahnya lagi ada rumah-rumah Korem kemudian ada teater bioskop, itulah tempat kita dulu, sekeliling kota kendari, dimana pusat kota itu ada disitu, di kota lama atau dulu disebut kandai,” ungkapnya kenang masa kecilnya.

“Saya ingat dulu yah, setiap ayah saya mau berangkat ke Makassar saya biasa memaksa untuk ikut, mau tidak mau saya harus ikut, waktu itu saya baru bangun saya langsung ikut didalam mobilnya, saya pengen naik pesawat, saya ingin naik kapal terbang, karena saya membayangkan bagaimana sih orang naik kapal terbang itu, pada saat itu ayah saya berbicara bahwa anak saya ini tidak bisa diatur baru bangun tidur hanya dengar saya mau berangkat langsung mau ikut, jadi saya itu ketika dibawah selalu tidak pernah membawa baju, hanya memakai baju yang ada di badan. Diantara saudara-saudara sayakan yang paling bungsu jadi segala hal-hal yang saya inginkan selalu diiyakan sama ayah saya. Saya lihat orang main layangan saya ingin main layangan, tapi kehidupan kita ini memang sudah kehidupan militer walaupun ayah saya ketua DPRD, tapikan ayah saya berbasis TNI, jadi dia punya karakter TNI,” tambahnya.

Alumni SMA Mandonga tahun 1988 ini lebih jauh bercerita, pindah tugas sang ayah selama karir militernya, ternyata membuatnya banyak belajar dan mengetahui lebih luas makna tanggungjawab.

Nilai tanggungjawab itulah yang sekarang diembannya sebagai Anggota DPRD, dengan prinsip ide dan perjuangan aspirasi yang dilakukannya bisa bekerja secara tuntas dan masyarakat nyaman menikmati kesejahteraan sebenarnya.

Makna tanggungjawab itu pula diimpelementasikan Andi Sulolipu pada nilai sosial dan religius, yang berharap bisa memberikan faedah kepada masyarkat di dunia dan akhirat sebagai catatan amal pahala.

Di mata Andi Sulolipu, Kota Kendari adalah kota impian. Tentu dengan segala daya dan upaya yang dimiliki, harus dicurahkan untuk kemajuan Kota Lulo tercinta. Dengan pesatnya pertumbuhan Kota Kendari, maka yang diperlukan adalah kebersamaan.

Kendari ini miniatur Indonesia. Semua suku dan agama ada di Kota Kendari. Tentu kita berharap, narasi yang terbangun di tengah masyarakat adalah narasi persatuan bukan menggiring ke identitas.

“Kendari ini kan punya kita semua. Tentu kita harus menjaga Kendari agar tetap aman dan kondusif. Saya sendiri akan berupaya semaksimal mungkin, untuk terus berkontribusi untuk kemajuan Kota Kendari. Saya kira dalam ajaran agama kita sudah jelas. Orang yang terbaik itu adalah yang senantiasa memberikan manfaat terhadap sesama. Semoga saya bagian yang memberikan manfaat untuk banyak orang, terutama masyarakat Kota Kendari,” tutupnya.

Tim Liputan : Ulil
Editor : Abdi

Pos terkait