Maknai Hari Kartini, Dosen STMIK Bina Bangsa : Harus Lebih Mandiri, Cerdas dan Inspiratif

LANGITSULTRA.COM | KENDARI – Memperingati Hari Kartini setiap 21 April tidak cukup hanya dengan mengadakan kegiatan yang bernafaskan perempuan. Seperti acara masak-memasak dan lomba memakai busana kebaya yang menjadi ciri khas pakaian terhormat RA. Kartini. Tetapi, kita dapat mengambil hikmah, ibrah – pelajaran – yang relevan dengan kondisi sekarang.

Hal tersebut diungkapkan Asmira S.KOM.,ME.,M.KOM Dosen STMIK Bina Bangsa yang juga Wakil Ketua II Bidang keuangan dan Kepegawaian memandang bahwa Kartini sebagai wanita cerdas, kuat & mandiri.

Ia menuturkan, wanita sekarang harus lebih berani mengeksploitasi kompetensi yang mereka miliki agar bisa berkembang dan mampu bersaing dalam hal memajukan kehidupan bangsa. Sebagai contoh, ia menyebut nama Muliati Saiman S.SI Ketua Dewan Pembina Yayasan BINA BANGSA dan Pendiri STMIK BINA BANGSA.

Bacaan Lainnya

“Ibu Muliati Saiman merupakan tokoh pendidikan sultra dan beliau meneruskan cita cita Kartini untuk turut serta ikut andil mencerdaskan kehidupan bangsa melalui fasilitas Pendidikan yang di bangunnya. Mantan senator Sultra 2014-2018 itu sangat menginspirasi kami sebagai kaum perempuan, bagaimana tidak, kiprahnya memajukan dunia pendidikan di sultra dengan mendirikan sekolah tinggi berbasis informatika dan komputer seperti STMIK Bina Bangsa dan Amik Milenium Kolaka. Keduanya diharapkan dapat mengasah bakat dan kemampuan mahasiswanya untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang berbasis teknologi digital”, ucapnya.

“angka partisipasi perempuan dalam pendidikan masih rendah berbagai faktor seperti agama sosial politik dan budaya ditengarai sebagai penyebabnya, nah tantangannya adalah bagaimana membuat partisipasi perempuan menjadi setara atau bahkan lebih tinggi dalam hal pendidikan, tentu menurut saya itu dibutuhkan kekuatan dan kompetensi serta kemandirian untuk mendapatkannya”, tambahnya.

Menurutnya, sebagai negara berkembang, Indonesia Sudah diakui dunia tentang kesetaraan gender, itu dilihat dari banyaknya wanita Indonesia menjadi pemimpin daerah, menjadi pimpinan kementerian dan lembaga bahkan menjadi pimpinan partai politik, maka sudah hampir dipastikan bahwa diskriminasi perempuan di Indonesia sudah tidak terjadi lagi.

“tentu Negara berperan sangat baik dalam mengelola pemberdayaan perempuan dan negara juga hadir dalam perlindungan kepada kaum perempuan di Indonesia”, jelasnya.

Sebagai dosen pengampu mata kuliah di bidang manajemen informatika dan komputer, saya melihat usaha di bidang desain grafis dan pemerograman masih didominasi oleh pria, padahal bidang usaha tersebut sangat dibutuhkan mengingat industri digital dan teknologi adalah salah satu kebutuhan yang tidak bisa terabaikan diera revolusi industri 4.0.

“saya mengharapkan kehadiran negara melalui program pemberdayaan perempuan untuk lebih fokus mengembangkan potensi perempuan Indonesia di bidang teknologi dan digital”, harapnya.

Tim Liputan : Langit Sultra
Editor : Faizal Tanjung

Pos terkait